#journalingChallenge
Bukittinggi, 27 Mei 2025
Hai semuanya, Bagaimana 147/365 harinya di tahun 2025 ini ? adakah kabar gembira yang masing-masing kamu terima ? Semoga kamu mendapatkan hal-hal baik dalam hidup ini. Sejahtera untuk semuanya.
148/365 perjalanan telah dilalui di tahun 2025 ini. Tahun baru semangat baru dengan goals yang baru, my wish. Tapi nyatanya tidak semudah itu dan tak seindah harapan dan doa yang diucapkan yang aku dapati. Berharap apa AKU ? dengan segudang pekerjaan yang ada dan kegagalan yang aku miliki di tahun sebelumnya mengikuti hingga ke tahun baru ini. Fuck of lembaran baru.
Yuk semangat lagi,.... yuk berjuang lagi,...... yuk sabar nya diperluas lagi…. Yuk ibadahnya di perbaiki lagi, yuk, ayuk.. dan ayuk…Semangat… Bullshit for all of it.
Tapi aku sudah tidak punya semangat apa-apa lagi Tuhan, mata ini tidak mampu lagi menatap masa depan, tak mampu lagi menggambarkan masa-masa indah yang diinginkan, tidak mampu lagi melihat cahaya yang tersisa.
Jiwa ini pun sudah lelah untuk berharap dan berdoa. Lelah untuk memohon. Lelah untuk mempositifkan semua hal yang terjadi. Lelah walau hanya untuk tersenyum. Ku peluk erat jiwa yang hancur ini dengan penuh kepasrahan. Ku kumpulkan kembali puing-puing kehidupan yang tersisa. Bertahan. Sekali lagi bertahan. Bertahanlah sampai tali kehidupan ini putus dalam kedamaian nanti.
Ya Allah, bukankah engkau selalu mengatakan, bahwa engkau Tuhanku, tidak akan membebani seseorang hamba melainkan sesuai dengan kesanggupannya..?, namun apa yang terjadi selama ini ya Allah ? semua jalan yang engkau berikan mengantarkanku secara perlahan ke dinding jurang yang tak bertepi, memukul mundur langkahku hingga tidak ada celah untuk melepaskan diri. Hanya ada kemunduran dan kemelaratan tiada akhir.
Ya Allah, bukan kah engkau selalu mengatakan, bagi mereka yang bersabar atas ujianmu, maka mereka akan mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka juga orang-orang yang mendapat petunjuk.. ? lalu apa semua ini Ya Allah ?. Hal baik apa yang menunggu kami di depan sana, sehingga begitu pedihnya takdir yang engkau titipkan di pundak kami.
Ya Allah, bukankah engkau menyampaikan, bahwa solusi untuk semua perkara hidup seorang anak adalah berbakti kepada orang tua nya ?. Jika ingin dilapangkan urusannya, dimudahkan rezekinya, di sukseskan hidupnya, maka berbaktilah kepada kedua orang tua nya, karena dibalik ridha mereka, ada ridha Allah yang membuka segala pintu kebaikan ? . Izinkan aku bertanya Ya Allah, bakti mana yang tidak aku lakukan sepanjang hidupku ini ? hingga di hari senjaku ini ? bakti mana yang aku abaikan Ya Allah ?. Demi baktiku ku kubur semua mimpiku, demi baktiku aku tekan egoku, dan demi baktiku aku hancurkan duniaku, namun bukan berkah yang aku dapatkan, namun kesulitan tanpa akhir.
Apakah sehina itukah diri ini, hingga tidak ada jalan kebaikan yang aku miliki, hingga tiada tawa yang menghampiri.. Aku tahu, hidup itu adalah perjuangan, namun bukan ini yang aku harapkan. Aku coba untuk memperbaiki yang rasanya salah, aku putar arah yang rasanya akan menyesatkan, dan aku singkirkan duri yang rasanya akan melukai, namun pada akhirnya aku tetap terlempar ke dalam semak berduri itu, dan aku tetap tertahan di tanah yang berlumpur ini.
ada kalimat yang selalu aku jadikan reminder bahkan aku amalkan dalam kehidupan sehari hari ku,
“Teruslah mempermudah urusan orang lain, urusanmu biarlah Tuhan yang mempermudah. Teruslah membuat orang lain bahagia, kebahagiaanmu biarlah Tuhan yang memberi”.
Aku lakukan semua itu dengan harapan yang besar akan uluran tanganmu Ya Allah. Namun apa yang terjadi ya Allah. Aku sekali lagi terluka, terluka sangat dalam.
Cara setiap orang menghadapi dunia memang berbeda-beda, namun kenapa duniaku begitu hancurnya. Kenapa harus aku ? kenapa hanya aku ? dan kenapa ?, lagi-lagi aku ingin bertanya kenapa ?.
Ya Allah yang tuhanku, sekali lagi tidak aku temukan ruang untuk percaya pada apa yang aku miliki, pada apa yang aku pikirkan, kepada apa yang aku harapkan dan kepada apa yang aku impikan. Tidak mampu lagi aku menggantungkan kepercayaanku kepada dunia ku, tidak mampu lagi menyampaikan rasa percayaku kepada dunia ku. Tidak mampu lagi aku membuka mata dan telinga untuk mendengar segala macam harapan yang aku sampaikan selama ini. Memang untuang badan diri yang sudah salah sejak awal, harapan baik apa yang bisa aku paksakan lagi, bukankah sudah disampaikan oleh umar bin khattab dalam sebuah syair :
“apa yang melewatkanmu tidak akan pernah menjadi takdirmu, dan apa yang ditakdirkan untukmu tidak akan pernah melewatkanmu”.
“Apa yang telah dituliskan untukmu akan sampai kepadamu, meskipun melalui seribu jalan”.
Artinya, apa yang telah Allah tetapkan untukku, akan datang kepadaku meskipun seluruh makhluk menolaknya. Hamba ini bisa apa ?.
Ya Allah, aku serahkan semuanya kepadamu, aku kembalikan lagi kepadamu ya Allah. Lelah sudah diriku ini. Aku hanya bisa terus melangkah dan melakukan yang terbaik untuk setiap waktu dan kesempatan yang engkau berikan. Hasilnya aku serahkan kepada dirimu, Ya Allah engkau atur lah bagaimana menurut dirimu. Bukankah sebaik-baiknya penulis skenario kehidupan ini adalah dirimu. Aku serahkan takdir hidupku yang buruk ini kepada dirimu, berharap ada revisi kebaikan untuk hidupku yang lebih baik.
Ya Allah, sungguh untuk mati itu mudah, namun untuk bisa bertahan hidup hingga hari ini juga tidaklah mudah. Aku bertahan hingga saat ini adalah bukti ku kepadamu, akan percaya nya aku pada takdir yang engkau berikan kepadaku, namun kali ini aku memohon kepadamu, sungguh aku sudah sampai batas ku, dan aku tidak ingin lagi percaya kepada semua ini, tidak ada lagi ruang untuk ku percaya akan dunia ku yang sudah hancur dan jiwaku yang sudah pergi meninggalkanku secara perlahan.
Tidak lagi aku melihat cinta kasih dalam hidup yang selama ini aku perjuangkan, selain hanya luka yang selalu menghampiri. atau memang diriku yang tidak layak untuk dicintai dan dikasihi di dunia ini. Tidak lagi aku melihat warna kehidupan, Hal baik yang selalu aku impikan ternyata hanya ilusi yang aku bangun di dalam imajinasiku yang liar, berharap dan selalu berharap hal baik yang datang, nyatanya luka yang selalu menghampiri. Semoga engkau mendengarkan semua rintihan hati ini, Ya Allah, Ya Tuhanku.
Munafik rasanya, jika aku berkata tidak stres dengan keadaan saat ini. Aku hanya manusia biasa yang kadang lelah berpura-pura kuat. Terlalu banyak hal yang harus dipikirkan, terlalu sering menahan tangis agar terlihat baik-baik saja, padahal dalam hati aku hancur perlahan, aku tersenyum tapi jiwaku berteriak ingin menyerah. Aku hanya ingin dimengerti dan dipeluk oleh kenyamanan yang tak kunjung datang.
#journalingChallenge
0 Komentar