#journalingChallenge
Senin, 5 Mei 2025, 18.55 WIB
Malam semuanya… sekarang adalah chapter ke 27 of 30 aku dalam challenge writing aku yang gak kelar-kelar.. hahahaha.. Btw, hari sabtu kemarin aku cabut gigi, and sakit nyerinya masih terasa sampai sekarang, padahal aku cabut gigi nya pada saat giginya sudah tidak sakit lagi loh dan sesuai prosedur kok.. so sad deh aaaah.. udah ku ompong, ini gusi ngeri pula. Maklum lah ya, karena luka cabutannya belum kering. huhuhu… sudahlah… kita lanjut nulis saja…
Malam ini topik kita adalah “apa alasan aku masih bertahan hidup?”. W.O.W bangeet gak sih pertanyaannya … ? mereka bertanya kenapa aku masih bertahan untuk hidup ?. Jawaban nya simple aja, aku belum sanggup menghadap sang pencipta, aku tahu akan dosaku yang sangat besar. Takutnya pas ketemu, aku bukannya di tanya dulu tapi langsung dilempar ke neraka, karena saking besarnya dosa yang aku punya dari pada amal kebaikan yang aku lakukan selama ini. Belum lagi siksa kubur yang menanti.. Ya Allah,, sungguh aku tidak mampu..
Ada kalanya kita melihat seseorang yang merasa hidupnya seharusnya telah berakhir—entah karena penyakit, kecelakaan, atau tekanan psikologis yang luar biasa. Namun, kenyataannya ia tetap ada, tetap bernapas. Ini memunculkan pemikiran tentang takdir atau keberuntungan. Mengapa bisa selamat saat yang lain tidak? Mengapa masih diberi kesempatan kedua, ketiga, atau bahkan berkali-kali untuk memperbaiki hidup? Pertanyaan ini menggiring kita untuk menyadari bahwa ada kekuatan di luar diri yang mungkin ikut campur tangan, memberi jeda, memberi waktu, dan mungkin juga memberi misi yang belum selesai.
Contohnya diriku sendiri, aku bisa hidup sehat hingga hari ini adalah keberkahan yang luar biasa yang sangat disyukuri oleh mamaku, kenapa ? Karena pada saat beliau mengandungku, beliau tidak ada yang namanya pemeriksaan kehamilan dan tidak ada pula doping susu atau makanan sehat untuk aku yang sedang tumbuh didalam perutnya, hingga pada akhirnya menyebabkan aku kekeringan di dalam perut mama, yess.. aku bahkan di diagnosis sudah meminum air ketuban mama. Bahkan disaat bayi-bayi lahir ke bumi ini dengan tangisan, aku lahir tanpa suara. Dokter yang bertugas saat itu sampai harus memukul-mukul pantat dan punggung ku, tidak sampai disitu saja, bahkan kerongkongan ku dikerok biar mengeluarkan suara. Mama sendiri berfikir jika aku sudah tiada pada saat itu, namun dengan kuasa Allah yang maha esa, aku ada dan masih hidup dengan sehat dan baik-baik saja hingga saat ini. Aku tidak tahu apakah ini keberuntungan atau ada misi yang sudah aku tanda tangani dan harus aku selesaikan di dunia ini.
Hidup bukan hanya tentang takdir atau keberuntungan. Di dalam diri manusia terdapat kekuatan luar biasa yang sering kali tersembunyi, dan baru muncul saat berada di titik terendah. Kekuatan untuk bangkit, untuk tidak menyerah, dan untuk percaya bahwa hari esok bisa lebih baik adalah alasan lain mengapa seseorang masih bisa bertahan. Ketika segalanya terasa runtuh, daya juang dan keteguhan hati sering kali menjadi pelampung yang menyelamatkan. Meskipun dunia tampak gelap, cahaya kecil dari dalam diri bisa tetap menerangi langkah.
Kehidupan juga mendapat makna dari orang lain. Ada orang yang tetap hidup karena kehadiran orang yang dicintainya—anak, pasangan, orang tua, atau sahabat. Cinta dan dukungan dari mereka mampu menjadi jangkar yang menahan seseorang agar tidak tenggelam dalam keputusasaan. Bahkan satu kalimat sederhana seperti, "Aku butuh kamu," bisa menjadi alasan kuat untuk bertahan. Hidup tidak selalu tentang diri sendiri; sering kali kita hidup juga untuk dan karena orang lain. Seperti aku yang hidup demi mama, demi adik-adikku, dan demi mimpiku yang terlalu besar dan banyak dan masih belum tercapai oleh ku, dan demi ambisi dan egoku yang keras.
Akhirnya, pertanyaan “mengapa aku masih hidup” bisa menjadi pintu menuju pencarian makna yang lebih dalam. Hidup yang diberikan mungkin adalah kesempatan untuk belajar, tumbuh, dan berbagi. Bagi sebagian orang, kehidupan yang diperpanjang adalah waktu tambahan untuk menyembuhkan luka, menebus kesalahan, atau memberikan inspirasi bagi orang lain. Meski sulit, hidup selalu membuka ruang bagi makna. Dan di sanalah jawaban sejati dari pertanyaan itu perlahan ditemukan.
"Secape apapun kamu dengan hidupmu, hiduplah, tetaplah hidup seolah-olah doamu terjawab besok"
Day 27 #30DayWritingChallenge
0 Komentar