#journalingChallenge
29 April 2025. 14.49 WIB
Selamat siang menjelang sore semuanya, bagi yang belum makan siang, segeralah makan siang. ingat ! Kamu cuma ada satu di dunia ini, dan jagalah kesehatan tubuhmu sebaik-baiknya.
Siang ini aku ingin melanjutkan journaling challange aku yang bertemakan, “Deskripsikan kata keluarga menurut kamu secara pribadi”. So ini lah keluarga menurut versiku pribadiku...
Pengertian Kata "Keluarga"
Secara teori yang kita baca, kata keluarga merujuk pada sekelompok orang yang terhubung melalui hubungan darah, pernikahan, atau adopsi, dan tinggal bersama atau memiliki ikatan emosional yang erat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keluarga diartikan sebagai orang yang tergabung dalam satu rumah tangga, terdiri atas ayah, ibu, dan anak, atau bisa juga mencakup sanak saudara dekat lainnya.
Secara etimologis, kata "keluarga" berasal dari gabungan dua kata, yaitu "keluar" dan "arga". Kata "arga" dalam bahasa Jawa kuno berarti "harga" atau "nilai", sehingga "keluarga" secara harfiah bisa dimaknai sebagai sesuatu yang bernilai saat keluar dari diri seseorang, yaitu orang-orang terdekat yang menjadi bagian penting dalam hidup. Menurut ahli sosiologi George Peter Murdock, keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal bersama, memiliki hubungan darah atau perkawinan, serta menjalankan peran sosial tertentu seperti pengasuhan anak.
Secara garis besar bisa kita artikan bahwa keluarga itu tidak hanya berarti hubungan biologis, tetapi juga mencakup peran sosial dan emosional dalam kehidupan seseorang. Orang lain yang tidak sedarah dengan kita, hanya karena ada ikatan emosional dan peran penting mereka di hidup kita bisa kita anggap keluarga. Secara administrasi keluarga kita adalah orang-orang yang terdaftar dalam kartu keluarga dan orang-orang yang tercatat dalam garis keturunan kita. Tapi secara realita, orang lain yang awalnya asing melalui interaksi sosial yang intens bisa kita anggap mereka menjadi anggota keluarga kita walaupun mereka tidak kita daftarkan secara administrasi di dalam surat-surat kenegaraan kita.
Struktur dan Anggota Keluarga
Struktur keluarga dapat berbeda-beda tergantung pada budaya dan kondisi sosial masyarakat. Namun secara umum, keluarga dibagi menjadi dua jenis utama: keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended family). Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang tinggal dalam satu rumah tangga. Ini adalah bentuk keluarga yang paling umum di banyak negara modern. Sementara itu, keluarga besar mencakup anggota keluarga lain seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan sepupu yang mungkin tinggal bersama atau memiliki hubungan yang sangat dekat walau tidak serumah. Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing; misalnya, ayah dan ibu biasanya berperan sebagai kepala dan pengelola rumah tangga, serta bertanggung jawab dalam mendidik dan merawat anak. Anak-anak sebagai anggota keluarga muda belajar nilai, norma, dan tanggung jawab dari orang tua dan saudara lainnya. Dalam beberapa budaya, struktur keluarga bahkan bisa melibatkan pola patriarki, matriarki, atau kolektif, yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan pembagian tugas dalam rumah tangga.
Perbedaan antara patriarki, matriarki, dan kolektif terletak pada siapa yang memegang kendali utama dalam struktur sosial, politik, dan keluarga
Patriarki
Yaitu sistem sosial di mana laki-laki, terutama ayah atau suami, memiliki kekuasaan dominan. Ciri-cirinya :
Laki-laki menjadi kepala keluarga.
Warisan biasanya diteruskan melalui garis ayah.
Pengambilan keputusan didominasi oleh laki-laki.
Peran perempuan sering dianggap sekunder atau domestik.
Contoh : Banyak masyarakat tradisional dan negara modern yang masih menunjukkan kecenderungan patriarkis, seperti dalam hukum, agama, atau budaya.
Matriarki
Adalah sistem sosial di mana perempuan, khususnya ibu, memegang peranan dominan. Ciri-cirinya :
Perempuan menjadi pusat dalam struktur keluarga dan sosial.
Warisan dan nama keluarga diturunkan lewat garis ibu.
Pengambilan keputusan lebih banyak dipimpin oleh perempuan.
Masyarakat matriarki sangat jarang kita temui, yang lebih umum ditemukan adalah matrilineal (garis keturunan dari ibu) atau matrilokal (tinggal di rumah keluarga istri). Di Indonesia suku Minangkabau yang menerapkan sistem matrilineal. Aku adalah gadis minang yang tinggal di tanah sumatra barat, dan tentu aku mengetahui sangat jelas perannya seorang ibu di dalam rumah tangga. Contohnya mamaku, beliau tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak dan suami, tetapi juga sebagai tulang punggung keluarga, dan beliau juga mengambil peran sebagai kepala keluarga, kenapa aku bilang begitu ?, Setiap apapun masalah yang ada keputusan terakhir atau solusi yang muncul selalu dari mama. Kondisi ini yang secara tidak langsung membentuk karakter yang keras dan independent didalam diri ku dan secara tidak langsung juga untuk percaya sama yang namanya laki-laki, karena begitu besarnya peran mama di dalam rumah kami. Memilih untuk menikah pun aku harus berpikir 100 kali lebih keras dari orang pada umumnya, karena salah pilih pemimpin itu hancurnya seumur hidup, dan itu bukan lembaran baru lagi namanya, tetapi cara baru yang tercepat menghadap Tuhan.
Kolektif (kolektivisme)
Sistem yang menekankan keputusan dan kepemilikan bersama oleh kelompok atau komunitas, tanpa dominasi individu berdasarkan jenis kelamin. Ciri-ciri:
Keputusan diambil secara musyawarah atau konsensus.
Tidak ada dominasi gender yang jelas.
Tanggung jawab dibagi dalam kelompok atau komunitas.
Contoh: Beberapa komunitas adat, koperasi, atau kelompok komunal seperti kibbutz di Israel.
Gak tau juga gimana pelaksanaannya secara teori singkat begitulah ya..
Peran dan Fungsi Keluarga.
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan individu dan masyarakat. Salah satu fungsi utamanya adalah sebagai tempat pertama dan utama dalam proses sosialisasi, yaitu tempat di mana seseorang pertama kali belajar nilai, norma, dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
Selain itu, keluarga juga menjalankan fungsi afektif, yaitu memberikan kasih sayang, perhatian, dan dukungan emosional yang dibutuhkan oleh setiap anggotanya. Fungsi ekonomi keluarga tercermin dalam usaha bersama untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti makanan, tempat tinggal, dan pendidikan. Ada pula fungsi proteksi, di mana keluarga memberikan perlindungan fisik maupun psikologis bagi anggotanya dari berbagai ancaman atau tekanan luar. Tidak kalah penting adalah fungsi edukatif, yaitu keluarga sebagai tempat pertama anak belajar tentang kehidupan, baik secara formal maupun informal. Dengan menjalankan semua fungsi ini secara seimbang, keluarga menjadi pondasi utama dalam membentuk individu yang sehat secara fisik, mental, dan sosial.
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran, Surah Ar-Rum (30): 21,
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang (mawaddah wa rahmah)..."
Surah Luqman (31): 13 dan seterusnya, menerangkan Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak dalam nilai-nilai tauhid, kebaikan, dan akhlak mulia.
Luqman menasehati anaknya agar tidak mempersekutukan Allah, bersikap baik, bersabar, dan mendirikan shalat. (Luqman (31): 13)
Setiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing dalam memenuhi hak dan kewajiban. Surah An-Nisa’ (4): 34
"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain dan karena mereka menafkahkan sebagian dari harta mereka..." (An-Nisa’ (4): 34)
Keluarga adalah tempat awal untuk mencetak generasi yang bertakwa. Surah At-Tahrim (66): 6 :
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..." (At-Tahrim (66): 6).
Nilai-Nilai yang Diajarkan dalam Keluarga
Dalam lingkungan keluarga, berbagai nilai dasar kehidupan diajarkan sejak dini dan menjadi bekal penting bagi setiap individu untuk berinteraksi di masyarakat. Salah satu nilai utama yang ditanamkan adalah saling menghormati, terutama kepada orang yang lebih tua, seperti orang tua, kakek, dan nenek. Selain itu, nilai tanggung jawab juga ditekankan, baik dalam menjalankan tugas rumah tangga maupun dalam mengambil keputusan pribadi. Keluarga juga mengajarkan kejujuran, kerja sama, dan gotong royong, yang tercermin dari cara anggota keluarga saling membantu dalam kegiatan sehari-hari. Nilai kasih sayang dan kepedulian menjadi dasar kuat yang mempererat hubungan emosional antar anggota keluarga, sehingga tercipta rasa aman dan nyaman dalam rumah. Nilai-nilai ini diturunkan secara turun-temurun, baik melalui teladan perilaku orang tua maupun lewat nasihat dan pembiasaan. Dengan memegang nilai-nilai tersebut, seseorang akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter baik dan mampu menjalin hubungan sosial yang sehat di luar lingkungan keluarga.
Setiap keluarga pasti memiliki budaya dan nilai-nilai yang berbeda dan cara yang berbeda juga ya,,, Di dalam keluarga ku sangat penting yang namanya saling menghormati, ada sebutan untuk setiap anggota keluarga, ini papa, ini mama, ini kakak, ini adik, dan ini tante atau anggota keluarga yang lainnya. Setiap anggota keluarga dilarang berkata-kata kotor, kecuali mama. Wkwkwk. Walaupun setiap anggota keluarga memiliki kesibukan yang berbeda-beda yang namanya izin wajib, jadi harus lapor mau kemana dan pergi dengan siapa dan sampai kapan. Gak bisa seenak jidat masing-masing aja keluar masuk rumah. Attitude nomor satu, sopan santun itu pakain diri masing-masing anggota keluarga. Mama berpesan, kita boleh miskin, kita boleh jelek, tapi kita tidak boleh tidak berbudi, attitude itu nomor satu. Biar lah orang bersikap kurang ajar dengan kita, kita jangan. Itu kira-kira pesan mama. Karena kalau kita ikuti juga cara mereka ke kita, maka kita tidak lebih buruk dari mereka semuanya. se buruknya mereka, lebih buruk lagi kita, karena membalas apa yang mereka lakukan kepada diri kita. Jadi, jadilah diri sendiri yang sopan, beratitude dan berwibawa.
Makna Keluarga
Bagi aku pribadi, keluarga adalah tempat terbaik untuk kembali. Keluargaku adalah nafasku. apa pun keadaan yang sedang aku hadapi keluargaku lah penenang jiwaku. Keluarga bukan hanya sekadar orang-orang yang terhubung lewat darah, tetapi juga merupakan sumber kekuatan, semangat, dan cinta yang tulus. Ketika merasa lelah, kecewa, atau mengalami kegagalan, keluarga selalu hadir memberikan dukungan tanpa syarat. Di dalam keluarga, aku belajar arti kesabaran, pengorbanan, dan ketulusan. Mereka yang pertama kali merayakan keberhasilan aku, dan juga yang tetap bertahan saat aku sedang terjatuh. Bagi aku, keluarga adalah rumah dalam arti yang sesungguhnya—bukan hanya tempat tinggal, tetapi tempat di mana hati merasa aman dan diterima. Tanpa keluarga, aku mungkin tidak akan menjadi pribadi seperti sekarang. Keluarga juga alasan aku bertahan sejauh ini, dengan semua lelah dan duka yang aku rasa. Keluarga juga alasan ku hadir dengan versi ku yang sekarang. Oleh karena itu, keluarga memiliki makna yang sangat mendalam dan tak tergantikan dalam hidup ku.
Aku berharap suatu hari nanti aku bisa membangun keluarga yang selalu aku impi-impikan, keluarga yang harmonis, keluarga yang saling mensupport satu sama lain, dan keluarga yang tahu akan lelah dan letihnya anggotanya. Keluarga yang memiliki sebenar-benar imam yang bertanggung jawab. Tidak perlu orang yang sempurna, cukup kita yang saling melengkapi dan saling memahami. Rumah tangga kita bukan tinggal bersama tapi kita hidup bersama di dalamnya.
"Pada akhirnya, rumah bukan tentang dinding dan atap, tapi tentang mereka yang kita sebut keluarga. Tempat hati pulang dan cinta tak pernah habis."
0 Komentar