22 November 2024

Hallo semuanya, apa kabar nya hari ini, sudah lama rasanya kita tidak bejumpa, kali ini aku datang dengan hati yang sedih dan juga kecewa, kecewa kepada diriku sendiri. Pepatah mengatakan “Mulut mu harimau mu yang akan menerkam kepalamu”.

Pepatah ini memang benar ada nya, tidak peduli bagaimana aku menjelaskan dan mengungkapkannya aku akan tetap berada diposisi yang salah, tidak ada ruang bagi ku untuk melakukan pembelaan, karena memang nyata itu yang terjadi, dan sejenak aku merasa ada betul nya untuk tidak mengungkapkan apa-apa yang kita rasa, karena setelah kita ungkapkan, justru malah kita yang paling bersalah, dan hanya menjadi luka baru untuk diri kita sendiri.

Aku menyadari, jika aku bukanlah orang baik, dan aku selalu mengatakan kepada mereka disana bahwa aku bukan orang baik, aku orang nya kasar, bicara blak blakan, disiplin dan serius dalam bekerja. Mulutku menjadi sangat tidak sopan jika aku sedang marah, dan aku bukan jenis manusia yang menyimpan amarah dan dendam, bagiku semua emosi jahat harus aku keluarkan, bagiku, salah ya salah, tugas ya tugas, tidak ada cerita menye-menye, ruang becanda ada, tapi ruang kerja harus serius dan semua rekan-rekan ku tau jika aku jenis orang yang perfectionis, kepuasan ku dari hasil kerja yang sempurna, bukan asal selesai, Tapi itulah, tidak semua orang prinsip nya sama dengan ku dan tidak semua orang bisa mengikuti kemauan dan targetku hingga ku tanpa sengaja telah menyakiti mereka dengan lidahku yang aku sendiri tidak sadar jika itu menjadi dendam di hati masing-masing orang.

Rambut mungkin sama hitamnya, tapi isi kepala masing-masing orang berbeda. Aku yang selalu membedakan urusan pribadi dengan pekerjaan, emosi pekerjaan dan emosi pribadi membuatku lupa jika tidak semua orang memiliki jiwa seperti itu, sehingga banyak orang yang hardfeeling untuk setiap sesi kehidupan ini. Aku akui, luka yang ku berikan tidak gratis dan maaf yang aku ajukan tidak wajib mereka terima, namun apa daya, inilah aku yang selalu berjalan di atas prinsipku, yang mungkin bagi semua orang disana, pola pikir dan prisip yang aku pegang kaku, dan menyebalkan dan terlalu idealis, tapi inilah aku. Aku jenis manusia jika suka, katakan suka, jika tidak katakan tidak, jika ada hal yang mengganggu akan kusampaikan, tidak peduli apa. Namun ternyata semua ini menjadi bumerang bagi diriku sendiri. Tidak semua orang seperti diriku yang selesai ya selesai, dan tidak menyimpan-nyimpan masalah, sementara banyak orang yang diam membumkam seribu bahasa lalu  bersikap kurang ajar sehingga aku tidak nyaman sembari menyimpan seribu dendam di hati. Disana aku menyadari, seribu kali pun aku meminta maaf, tidak akan aku dapatkan walaupun secuil. Aku juga menyadari, meminta maaf wajib hukumnya untuk bagian diriku si pelaku, dan memang tidak wajib bagi mereka untuk memaafkanku. Aku menerima semua kenyataan itu. Aku menyadari semua yang aku lakukan, dan menyadari semua konsekuensi yang aku terima, dan aku ikhlaskan untuk semua kesulitan yang telah terjadi ini dan yang akan terjadi nanti. Aku bukanlah seorang nabi, dan ku bukan pula seorang hamba yang soleha, dan aku sangat menyadari bagaimana besar nya dosaku, dan bagaimana rusaknya hubunganku dengan Tuhanku dan ditambah lagi hubungan ku dengan makhluknya. Aku menyadari ini lah penyebab semua lumpur kehidupanku. Aku menyadari jika ini semua penyebab terhambatnya doa-doaku selama ini.

Aku menyadari semua ini, namun apalah daya, aku hanyalah manusia biasa yang tidak terbiasa menyimpan dendam dihati, terbiasa mengungkapkan semuanya, hitam ya hitam, putih ya putih, semua selesai diwaktu itu juga. Sekali lagi aku hanyalah manusia biasa yang masih harus banyak belajar dan mengontrol diri sendiri, baik dari emosi maupun dari lisan. Aku menyadari semua kekuranganku dan aku memang membutuhkan waktu untuk semua itu. Nasi telah menjadi bubur, yang bisa ku lakukan adalah menikmati buburnya, jika terasa hambar maka hanya perlu menambah kecap dan kuah kaldu, jika masih terasa kurang nikmat hanya butuh menambahkan suir daging ayam untuk pelengkapnya. Tidak tahu jadinya gimana, segala sesuatu semuanya sudah berlalu dan sudah terjadi, just let them go. Semua konsekuesi akan aku terima denga penuh keikhlasan hati. Aku hanyalah boneka kertas di dalam sebuah pementasan dunia, dan aku menerima semua takdir yang sudah aku jalani dan dengan penuh ke ikhlasan aku menerima semua yang telah tertulis untuk diriku, dan aku yakin Tuhanku tidak mungkin menuliskan takdir buruk didalam hidupku. Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an, sebelum manusia dilahirkan kebumi ini, semuanya ditanyai 99 kali atas kesanggupa takdir yang mereka jalani, sehingga aku lahir dan hidup sekarang karena keputusanku menyatakan aku sanggup, tugas ku sekarang adalah membuktikannya.

Teruntuk hatiku yang sedih dan kecewa, lepaskanlah lagi semuanya, waktu terus berputar luka ini akan kita simpan hingga sembuh dengan sendirinya. Lanjutkan hidupmu dengan penuh semangat lagi, dan yakinlan lumpur ini akan kering dan hilang hingga bersih hingga suatu hari nanti. Yakinilah jika wanginya bunga ditaman dan indanya pelangi di langit menunggumu di suatu sudut kehidupan ini. Kamu telah melakukan yang terbaik untuk selalu menjadi dirimu sendiri, sekalipun dunia mencacimu, aku akan selalu disini dan kita hanya perlu mencari dunia lain yang bisa menerima diri seutuhnya. Kepada Tuhanku yang maha esa aku berdoa dengan kesungguhan hati,

Ya Allah, pendosa ini bersimpuh kepadamu dengan penuh kerendahan hati, memohon kepadamu, jika seandainya ada hati seseorang yang terluka atas perlakuanku, atas lisanku, sehingga menghambat doa-doa yang setiap hari aku langitkan, tolong sembuhkan rasa sakitnya, beri balasan kebaikan untuknya berkali-kali lipat, kemudian ampunilah aku, Ya Allah”. Amin.