MY CHILDHOOD

 DAY 8 #30DayWritingChallenge

Bukittinggi, 16 Agustus 2024

MY CHILDHOOD

Topik kita hari ini adalah kisah masa kecilku. 26 tahun sudah aku tinggal di bumi Allah ini, lebih kurang hidupku dari masa kecil hingga sekarang tidak berubah banyak, aku dari kecil hingga besar sekarang tetap menjadi anak perempuan yang kuat, pejuang, serta legowo untuk semua yang terjadi didalam hidup ini.


Aku lahir dan besar di tanah rantau, di kota batam. Sudah banyak tempat kami singgahi, usia 1-3 tahun aku tinggal di bengkong laut, lalu ada kejadian penggusuran lahan, rumah kami dirobohkan, lalu aku sekeluarga balik kampung mengingat mama akan melahirkan adik pertamaku. Hanya beberapa bulan di kampung setelah cici lahir, kami balik lagi ke batam dan kami tinggal berpindah pindah, ada di bengkong laut, pernah juga di batu haji, dan pernah juga satu wilayah aku lupa namanya, namun aku masih ingat rumah yang kami huni itu, dan itu menjadi rumah terakhir aku tinggal di tanah batam. Rumah dengan puncak penderitaan dimana aku dan mama memilih menyerah untuk bertahan disana. Jika lah aku disaat itu paham akan apa yang terjadi, maka musibah ini bisa dihindari atau bahkan racun ini tidak akan pernah ada sampai saat ini. 


Aku yang terlalu mencintai tanah batam dan merasa asing untuk tinggal di kampung dengan penuh egois aku meninggalkan mama dan adik kecilku di kampung dan ikut dengan papa kembali ketanah batam, disaat usia cici belum genap 1 bulan. Imaginasiku yang terlalu tinggi akan kehidupan indah yang aku impikan di tanah kelahiranku ternyata membawa sengsara, luka tak berdarah, dan trauma yang tidak bisa sembuh. Orang-orang yang aku fikir mencintai dan menyayangiku, teman-teman yang aku fikir merindukanku, keluarga yang aku fikir akan melindungiku ternyata semuanya palsu. Mereka lah yang merubahku menjadi anak kecil dengan mental dan pandangan yang lebih dewasa. Merekalah yang membuat aku melihat dunia dengan sisi yang lebih berbeda. Aku sendirian disana, dan aku bersyukur mama menyusulku satu minggu setelah keberangkatanku, jika tidak ntah apa yang terjadi, mungkin aku tidak akan pernah bisa sampai di usia yang sekarang dan merasakan semua ini semua. Hari kembalinya aku ke tanah kelahiran adalah hari hidup di neraka dimulai. Aku yang dirawat penuh cinta dan kasih sayang, dengan wajah dan badan yang bulat dalam seminggu berubah menjadi gembel kurus kering, bahkan mama sendiri tidak mengenali lagi diriku dihari pertemuan pertama kami. Lucukan. Disanalah aku menyadari, hanya mama ku yang melindungiku dan hanya dia yang menyayangiku. Mulai hari itu aku tidak bisa percaya kepada siapapun bahkan kepada bayanganku sendiri. 


Hari-hari berat dimulai, hidup berpindah-pindah, kelaparan, dikucilkan teman-teman, dihina oleh tetangga karena kami miskin, dan masih banyak lagi. Akhir tahun 2023 akhirnya kami memutuskan balik kampung demi melanjutkan pendidikan ku, jika masih bertahan di sana jangan harap aku bisa menamatkan sekolah tinggi seperti hari ini. Di komplek rumah huni terakhir kami, disana ada satu keluarga aceh yang bisa dibilang paling dekat dan paling menyayangi kami, dan cici adalah anak yang paling dimanja oleh keluarga itu. Tidak tahulah kabar nenek, kakak dan om ganteng (sebutan dari kami), nama sebenarnya om jefri, tapi kami terbiasa memanggilnya om ganteng. Dulu keluarga kami belum punya alat komunikasi jadi tidak ada nomor yang bisa kami berikan, adapun nomor yang dikasih oleh mereka dengan apa kami akan menghubunginya. Walaupun komunikasi telah terputus lama, tapi budi baik mereka masih aku ingat hingga sekarang, berharap suatu hari nanti kami akan dipertemukan kembali dan saling menyapa lagi. Banyak kata yang ingin aku sampaikan kepada mereka. Harapanku yang paling pasti aku berharap mereka tidak jadi balik ke aceh sesuai dengan rencana awal mereka disaat mereka mengajak kami ikut serta kesana, mengingat tsunami aceh tahun 2004. Jika iya, kecil sudah harapanku untuk bertemu kembali. 


Kehidupan ku semasa tinggal dikampung tidak terlalu baik juga, tapi lebih baiklah dari masa-masa waktu di rantau. Demi aku bisa berbaju merah putih dan sepatu baru serta tas baru di hari pertama sekolah, mama terpaksa bekerja di sawah orang, berangkat pagi-pagi disaat hari masih berembun dan balik ke rumah sore hari. Cici yang masih di dalam buaian rotan ditinggal bersamaku, itu adalah hari pertamaku berubah menjadi seorang ibu, tidak salah rasanya jika hari ini cici menjadi manja, karena ku memanjakannya dan tidak salah rasanya jika aku membenci orang-orang yang menyakitinya, tidak rela aku jika dia menangis oleh perkataan dan perbuatan jahat orang lain. Hari-hari kami lalui dengan penuh harapan, tidak jarang kami hanya makan ubi rebus, jagung rebus, pisang rebus, bahkan aku yang sebelumnya minum susu diganti menjadi air nasi dan air teh. Perubahan yang sangat-sangat drastis. Apa boleh buat, namanya juga roda kehidupan, 


                         

Tidak cukup sampai disana, kami yang di bayangan orang-orang balik rantau jadi orang kaya ternyata kami balik dengan kemiskinan menjadi masalah ternyata dan muncullah konflik keluarga yang menyebabkan kami keluar dari tanah leluhur dan merantau ke tanah seberang dan aku pindah sekolah. Perubahan yang membawa kebaikan, karena konflik itu membawa aku keluar dari dalam kampung dan tinggal di pinggir kota. Selama sekolah SD aku tidak punya yang namanya teman dekat, sahabat atau apalah itu, karena kasta kami rendah, kami adalah keluarga pendatang, sementara mereka sudah berkelompok-kelompok dan siapa yang sudi berteman secara ikhlas denganku ? tidak ada, karena tidak ada untungnya, dan aku hanya melihat kepalsuan. Ada kata-kata yang selalu aku ingat, waktu aku dikucilkan di SD, “Lebih baik aku mati tidak berteman dari pada mati karena berteman”. Hari-hari aku lalui hanya dengan belajar di sekolah, belajar di MDA petang hari, dan mengaji di  TPA sore hari, malamnya untuk buat PR dan istirahat. Belajar dengan giat demi beasiswa untuk melanjutkan sekolah. Selama 6 tahun aku di SD, hingga dihari akhirnya aku lulus, aku tidak punya yang namanya teman dekat ataupun sahabat. Bahkan teman satu kampung, atau teman komplek rumah pun aku tidak punya. Di SMP aku baru punya teman dekat.

(Dari Kiri : Aku, Nia, Laras, Ayu, Sonia, -mutia)


Kehidupan SMP ku mulai lebih baik dari waktu SD. Waktu SMP aku kesekolah menggunakan sepeda selama satu setengah tahun sebelum akhirnya sepedaku di pakai papa untuk bekerja, karena keluargaku belum punya motor untuk transportasi keluarga apalagi mobil. Akhirnya aku ke sekolah menggunakan angkot, jika tidak ada uang untuk bayar angkot pulang, aku akan jalan kaki pulang. Hanya butuh 30-40 menit, paling lama 1 jam. Tidak ada masalah, karena aku sudah terbiasa jalan kaki kemana-mana. Waktu aku di SMP juga sama waktu SD, aku fokus belajar dan belajar demi mendapatkan beasiswa, tidak ada beasiswa tidak bisa selesai sekolah ini.  Di SMP waktu ku mulai berwarna dimana aku mulai punya teman dekat dan mulai punya guru yang memperhatikan bakatku, dalam artian keberadaanku mulai nampak, karena selama ini hawa keberadaan ku tipis, aku antara ada dan tiada dan sering kali terabaikan.  

Waktu aku SMP aku punya 5 orang teman dekat, kelompok pertemanan ini terbentuk waktu tahun kedua (kelas 8 / 2 SMP), kebetulan kita semua satu kelas, namun sayang pas kelas tiga kami pisah kelas, walaupun begitu kami tetap bermain dan belajar bersama, selalu ngumpul bersama. Mereka teman-teman terbaik yang aku punya waktu aku di SMP.  Sonia si ratu drama, beliau yang mengenalkan dunia K-pop kepadaku, aku tahu boyband dari ni anak, waktu itu beliau suka super junior dan kita meributkan bias masing-masing, ada ayu yang paling kecil diantara kita, anak manis yang selalu menjaga perdamaian untuk kita, anak yang selalu suka mengalah demi kami semua. Laras si paling tomboy, paling politik dan pecinta bola, beliau rela uang jajannya kurang demi menabung dan membeli majalah bola mingguan, dan ini anak otaknya bisnisman banget. Lalu ada Nia sipaling jenius, disaat orang lain takut akan matematika ni anak malah suka banget sama matematika, juara satu selalu ditangan. Kami terpisah karena aku harus memilih masuk SMK 1 sementara mereka semua masuk ke SMA 1, pertemuan kami pun berkurang dan hubungan kami secara perlahan renggang dan hilang. Sudah sibuk dengan dunia dan cita-cita masing-masing, bukankah semua itu normal. Tidak jauh berbeda waktu aku SMK, aku masih anak kutu buku dan introvert, untuk lingkup pertemanan juga sempit. Namun ada sedikit perubahan, aku sewaktu SMK perlahan menjadi orang baru dan orang lebih terbuka untuk berbaur dengan lingkungan. Lebih menerima bagaimana cara dunia ini bekerja. Hingga saat ini adalah 1-2 orang teman yang kita masih berkomunikasi dengan baik, selebihnya telah sibuk dengan dunia rumah tangga masing-masing, yups.. teman-teman SMK aku sudah banyak yang menikah dan punya anak. Aku teringat ucapan salah satu guru bahasa indonesiaku waktu SMP, nama beliau ibu saedar, biasa kami panggil buk dar, beliau mengatakan bahwa suatu hari nanti kami akan punya yang namanya sahabat dan biasanya orang-orang mendapatkannya di masa putih abu-abu begitu juga dengan kekasih. Namun aku mendapatkannya sewaktu kuliah, teman-teman SMK ku adalah beberapa orang teman dekat, paling dekat itu satu orang perempuan dan dua orang laki-laki. Kami pun berkomunikasi bisa dihitung jari dalam seabad, walaupun begitu aku tetap menganggap mereka adalah teman terbaikku.

Bercerita tentang sahabat yang aku temukan dibangku kuliah akan aku ceritakan di bab selanjutnya. Pointnya, aku yang dari kecil hingga sekarang masih orang yang sama, anak perempuan yang pekerja keras dan independent. 

DAY 8 #30DayWritingChallenge

Posting Komentar

0 Komentar