FIVE THINGS THAT MAKE ME SAD

 DAY 7 #30DayWritingChallenge

Bukittinggi, 15 Agustus 2024

FIVE THINGS THAT MAKE ME SAD



Bumi ini digambarkan berbentuk bundar yang berputar di atas porosnya, roda dibentuk bulat biar bisa bergerak maju dan mundur secara teratur, jarum jam berputar secara teratur membentuk lingkaran dan begitu juga waktu kehidupan yang  bergerak maju secara teratur yang posisinya selalu bertukar, kadang diatas lagi jaya-jayanya kadang dibawah lagi hancur-hancurnya. 


Bukan kehidupan namanya jika tidak ada warna warni didalam perjalanan ini, kadang jalan kita mulus, kadang berkerikil, kadang berlumpur, kadang berbatu-batu besar, kadang wajah kita penuh dengan suka, tawa, dan tersenyum, kadang kita menangis sampai mata bengkak sebesar telur puyuh, adakalanya kita begitu bersemangat menjalani hari-hari dan kadang ada kalanya kita ingin waktu berhenti bergerak saat itu juga. Inilah yang namanya dinamika kehidupan. Sebanyak-banyaknya hal yang menyenangkan terjadi didalam hidup ini tentu tidak lepas juga kita dari hal-hal yang membuat kita sedih. Bertanya tentang hal-hal yang membuat aku sedih jawabannya cuman satu, my family. Berikut lima hal yang membuat aku sedih sampai sekarang.

1. My Mom

Mama adalah segalanya bagi ku, dan dia lebih berharga dari nyawaku sendiri. No matter what's going on, my mom is always my first priority. Mama adalah sosok pejuang dimataku, dikehidupan yang sekarang dia tidak beruntung dalam mendapatkan orang tua, dan suami, dan aku sebagai anaknya tidak ingin menjadi ketidak beruntungannya. Aku ingin menjadi solusi bagi masalahnya dan aku ingin menjadi alasan baginya untuk tetap berjuang di lelahnya perjalanan hidupnya. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik bagi dirinya dan mewujudkan mimpi-mimpinya yang tidak bisa diraihnya. Aku tidak peduli dengan hal lainnya, namun jika saja ada orang yang membuat mamaku menangis tidak peduli seberapa berharganya mereka, bagiku mereka hanyalah hama yang tidak perlu dihormati dan dihargai keberadaannya dan mereka adalah musuh bagik. Aku akan selalu melindungi mamaku.


2. My Sisters

Aku punya dua adik perempuan yang ditengah usianya sekarang baru 23 tahun dan sedang menjalani pendidikan di bangku kuliah lalu yang paling bontot sekarang berusia 5 tahun dan sedang menjalani pendidikan di taman kanak-kanak tahun kedua. Kenapa mereka menjadi penyebab aku sedih ? sebenarnya mereka gak ada salah apa-apa sih, aku yang merasa bersalah kepada mereka. Aku sedih pada diriku sendiri disaat aku masih belum benar-benar membantu mereka semua.


Suatu ketika, tahun 2019 tepatnya 5 April 2019, sore hari sekitar jam 5 atau setengah 6 sore arah jalan pulang ke rumah  di jalan Jl. KH. Ahmad Dahlan Payakumbuh aku mengalami kecelakaan dengan membonceng adik tengah ku. Kejadiannya terjadi begitu cepat, hingga aku menyebabkan sebelah kaki adiku patah. Tempurung lututnya membentur kaca lampu mobil L300 yang aku tabrak hingga menyebabkan tulang pahanya patah tebu menjadi dua, seangin lagi jika aku mampu membanting stang motorku, mungkin hasilnya akan berbeda, tapi apa boleh buat semuanya telah terjadi. Nasi telah menjadi bubur. 


Kami tergeletak di tengah jalan dengan posisi motor bagian depan hancur dan menghimpitku sementara adikku terduduk dengan kedua kaki terjulur lurus ke depan. Pada saat kejadian tidak ada rasa sakit yang aku rasakan hanya panik yang melanda apalagi melihat adikku yang tidak mampu menggerakkan kakinya dan dengan spontan beliau mengatakan jika kaki nya patah, tidak ada kata sakit ataupun air mata yang mengalir di wajahnya sementara aku merasa separuh nyawaku telah meninggalkan ragaku. Bergerak dari lokasi kejadian aku tidak berhenti menangis dan panik, tidak ada satupun orang yang aku kenal mengikuti ku, mereka berusaha mencoba membantu ku dan adikku, mereka memintaku untuk segera menghubungi keluargaku. Kecemasan dan panik melandaku secara hebat, segala macam ketakutan menghantuiku, belum lagi mama yang menunggu dirumah dalam keadaan hamil besar yang waktu bersalinnya tidak dapat diduga secara akurat. Akhirnya dengan penuh keberanian aku menghubungi papa ku dan ada bapak-bapak yang menjelaskan kejadiannya kepada beliau disaat aku tidak mampu menyampaikan kata lain selain kata “Pa, kami jatuh”. 


Aku dan adikku sudah berada di rumah sakit kota, dimana sebelumnya kami dilarikan ke puskesmas terdekat. Satu per satu keluarga ku datang melihatku di UGD, mulai dari papa, lalu pamanku, amak (Kakak sepupu mama) dan tetangga ku. Tidak ada wajah mama terlihat oleh ku, aku bersyukur juga, jika tidak ntah apa yang akan terjadi disana, tidak tau bagaimana mama akan melepaskan emosinya disana kepadaku. 


Mulai dari proses pemeriksaan awal, proses rontgen, hingga proses memasukkan obat-obat kedalam tubuhnya aku selalu mengekori di belakang, dan selalu menemani disampingnya, sampai akhir prosesnya selesai dan kondisi beliau dalam keadaan baik dengan semua orang sudah mengelilinginya, barulah aku mengundurkan diri dari keramaian itu. Dokter memberi pilihan bahwa adikku harus di operasi melihat kondisi kami yang tidak mampu untuk mengambil tindakan medis ini akhirnya keluarga memutuskan untuk membawa beliau ke pengobatan konvensional yaitu berurut. Proses pemindahan beliau dari rumah sakit hingga ke tempat urut (pijit) aku tidak disana, karena aku telah mengurung diriku di rumah sendirian. Merenungkan apa yang telah aku perbuat, bahkan aku sudah merusak bagian dari masa depannya.



Satu minggu lebih aku tidak berbicara dengan kedua orang tuaku bahkan hanya untuk menanyakan kabar adikku disana yang sedang dirawat aku tidak mampu dan tidak ada keberanian di dalam diri ini. Wajah kecewa dan sedih dari kedua orang tua ku sangat menyakitkan, hingga pada akhirnya adikku yang mengulurkan tangan untuk memaafkanku. Seberkas cahaya harapan pengampunan datang menghampiri, melihat kondisinya yang miris dan penderitaan yang harus beliau terima akibat perbuatanku sungguh menyayat hatiku, dan aku berhutang nyawa kepadanya hingga hari ini. Beban ini akan selalu ada di pundakku, sakit ini akan selalu ada. Tanggungjawab ini akan selalu dibawa hingga nyawa ini berakhir.


Selanjutnya di bontot yang paling manis diantara kami, dia lahir disaat kami berada dalam kondisi terpuruk, dimana mama fokus merawat kakaknya, beliau harus berbagi kasih sayang dan fokus yang seharusnya miliknya. Beliau juga harus merasakan kerasnya hidup disaat finansial keluarga kami dari hari ke hari yang semakin merosot. Kesedihanku disaat aku masih belum mampu memberikan yang terbaik untuk mereka berdua. Korban dari perbuatanku.


3. Musibah Penipuan

Aku pernah dapat musibah penipuan berhadiah kejadiannya tahun 2016, yang menyebabkan aku kehilangan cukup banyak uang, dimana saat itu aku sangat butuh uang untuk mendaftar ulang masuk kuliah, dimana aku lulus jalur PMDK di salah satu Politeknik Negeri di Sumatera Barat sementara untuk beasiswa nya sendiri aku tidak lulus dan aku tidak punya cukup uang untuk mendaftar ulang. Akhirnya, karena keserakahan dan ambisiku, bukannya dapat untuk bayar uang kuliah malah buntung karena harus berhutang untuk membayar hasil pekerjaan dari si penipu. Walaupun begitu, aku tetap tidak mau berputus asa, darisana semakin besar ambisiku untuk melanjutkan pendidikanku. 


Allah Swt memang maha pengasih dan penyayang, hingga batas waktu yang kami miliki, aku masih belum memiliki uang untuk melanjutkan mimpiku satu rupiah pun, hingga pada esok harinya, dengan penuh berani aku mencari pihak kampus, memberanikan diri membuat perjanjian hutang agar mereka bisa menerimaku belajar disana. Lucukan, tidak ada kata malu lagi dialam diriku sewaktu itu yang aku rasakan, hanya keberanian yang aku punya, dan aku bersedia menerima semua ekspresi yang akan diberikan semua orang kepadaku. Aku tidak peduli, yang aku inginkan hanyalah, aku ingin belajar dan aku harus kuliah. Puji tuhan yang maha esa akhirnya aku bisa berkuliah disana dan mendapatkan gelar sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan (sistem paket dimana empat tahun belajar untuk mendapatkan gelar sarjana).


4. My Father

Ada banyak hal yang membuat aku sedih jika berbicara tentang sosok beliau, namun apa boleh buat, beliau adalah papaku. Tidak peduli apapun yang terjadi, bagaimana figure dan perannya, beliau tetap orang yang harus aku hormati. Kesimpulan yang bisa aku sampaikan adalah aku berterima kasih kepada takdir ini, karena mereka telah menciptakan mesin seperti ku. Seorang gadis yang harus berdiri tegak dengan tulang punggung yang kokoh dan tidak boleh hancur oleh dunia.


5. My dreams

Selanjutnya adalah diriku sendiri, aku hanya orang kecil yang punya mimpi besar dan rencana-rencana yang diluar kemampuannya. Seperti pepatah bilang, niat hati ini memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai. Banyak mimpi yang harus dikubur secara perlahan, walaupun begitu fucking about the time, aku masih berusaha dan berjuang saat ini untuk menggapai mimpi yang lain. Setiap kali satu mimpi gugur, maka 10 mimpi lainnya aku ciptakan di esok harinya. Perjuangan ini akan berakhir disaat nafas tidak lagi di dalam raga ini.

DAY 7 #30DayWritingChallenge

Posting Komentar

0 Komentar